Sabtu, 15 November 2014

PROPOSAL SKRIPSI STRATEGI PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I
 PENDAHULUAN

A.   Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran dengan penelitian yang berjudul STRATEGI PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP TERBUKA SEWON BANTUL YOGYAKARTA ini perlu penjelasan istilah-istilahnya, sebagai berikut :
1.      Strategi
Secara umum mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.1
2.      Pengajaran
Artinya cara (perbuatan dan sebagainya) perihal mengajar, segala sesuatu mengenai pengajaran.2
3.      Pendidikan Agama Islam
Ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.3
4.      SLTP Terbuka
Adalah sekolah menengah umum tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan diluar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.4
5.      Sewon Bantul Yogyakarta
Adalah  suatu  nama  kecamatan  yang berada  dalam wilayah   Kabupaten Bantul dimana lokasi SMP Terbuka tersebut berada.
Berangkat dari pembatasan istilah tersebut diatas, maka maksud dari judul penelitian ini adalah suatu penelitian yang diadakan di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta dengan tujuan  untuk  mengetahui  bagaimana  strategi  pengajaran  pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMP Terbuka tersebut.
B.  Latar Belakang Masalah
Sejak Indonesia merdeka masalah pendidikan mendapat perhatian dari pihak pemerintah, karena bagaimanapun pendidikan yang ada pada suatu negara akan mempengaruhi masa depan bangsa. Tidak ketinggalan di sini pendidikan agama juga mulai diberikan di sekolah-sekolah negeri, dan hingga saat ini pelajaran agama mempunyai kedudukan yang sama dengan pelajaran umum lainnya.
Secara yuridis-formal, eksistensi Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dan dua kurva waktu yaitu, kurva sebelum Undang-undang No. 2/1989. Sebelum UU No.2/1989, eksistensi dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah didasarkan kepada Undang-Undang RI. No. 4 tahun 1950 dan Undang-Undang RI. No. 12 tahun 1954. Dalam Pasal 20 (1) Undang-undang RI No. 4 tahun 1950 disebutkan bahwa. :
"Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut atau tidak_.

Selanjutnya Pasal 2 Undang – undang RI No. 4 Tahun 1950 menyebutkan bahwa :
1)      Undang – undang ini tidak berlaku untuk pendidikan dan pengajaran di sekolah Agama dan Pendidikan Masyarakat.
2)      Pendidikan dan Pengajaran Agama di sekolah – sekolah agama dan pendidikan masyarakat masing – masing ditetapkan dalam undang – undang lain.

Dengan demikian, menurut Undang – undang RI No. 4 Tahun 1950 eksistensi Pendidikan Agama Islam masih sangat lemah. Kelemahan itu bisa dilihat dari dua sudut, pertama dari segi kelembagaan, tidak ada ketentuan hukum yang secara tegas menjamin eksistensi lembaga pendidikan Islam. Kedua dari sisi kurikulum, pelajaran Agama Islam yang diselenggarakan di sekolah masih merupakan mata pelajaran aktif atau pilihan yang tidak mengikat karena tidak mempengaruhi kelulusan siswa.5
Sejak diundangkannya Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional eksistensi Pendidikan Agama Islam di sekolah semakin kuat, secara yuridis formal Undang-Undang No. 2/1989 tidak membedakan kedudukan lembaga pendidikan agama dengan lembaga pendidikan lainnya. Lebih tegasnya, lembaga pendidikan Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional dan pembangunan nasional.
Disamping Undang-undang No. 2/1989 juga mengakui pentingnya pendidikan agama termasuk di dalamnya Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting di sekolah-sekolah.
Penjelasan mengenai pentingnya Pendidikan Agama Islam sebagai bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional dan pembangunan dapat dilihat dalam Bab 11 Pasal 4 tentang tujuan Pendidikan Nasional dan Bab IX Pasal 39 (2) tentang kurikulum pendidikan di sekolah.
Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, tujuan pendidikan nasional UU No. 2/1989 menyebutkan :
"Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".

Dalam kaitannya dengan kurikulum pendidikan di sekolah, UU No. 2/1989 menyebutkan isi setiap kurikulum, setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.6
Dalam setiap kegiatan proses belajar mengajar, pastilah di dalamnya terkandung tujuan, yaitu sasaran yang akan dicapai. Dalam pendidikan Islam, menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Dalam tujuan sementara yang harus dicapai umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakat, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rokhani dan sebagainya.7
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian muslim. Sedangkan kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam.
Menurut Ahmad D. Marimba (Nur Uhbiyati 1998), aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan ke dalam 3 hal, yaitu :
1.      Aspek kejasmaniahan meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahanan dari luar, misalnya : cara-cara berbuat, cara-cara berbicara dan sebagainya.
2.      Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahanan dari luar misalnya cara berpikir, sikap, dan minat.
3.      Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah mengarahkan dan memberi corak seluruh kepribadian individu itu. Bagi orang yang beragama aspek-aspek inilah yang menuntunya ke arah kebahagian, bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat.
Seperti yang telah penulis kemukakan di muka, bahwa SMP Terbuka adalah sekolah lanjutan tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengar cara  penyampaian pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.
SMP Terbuka merupakan institusi pendidikan yang sederajat dengan SMP Biasa (reguler). Hanya saja pelaksanaan pembelajaran di SMP Terbuka mempunyai beberapa perbedaan dengan SMP Biasa. Kedudukan SMP Biasa merupakan induk dari SMP Terbuka. Perbedaan dari kedua SMP tersebut terletak pada beberapa segi antara lain :
1.      Prinsip belajar pada SMP Terbuka adalah belajar mandiri melalui modul, radio atau kaset. Sedangkan pada SMP Biasa prinsip belajarnya melalui tatap muka 2 jam pelajaran dalam setiap minggunya.
2.      Cara belajar SMP Terbuka tidak terikat oleh waktu dan tempat, sedangkan SMP Biasa sangat terikat oleh waktu dan tempat yang telah ditentukan yakni di gedung SMP.
3.      Guru dalam SMP Terbuka dapat diambil dari pemuka masyarakat yang diangkat dari tenaga yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat kegiatan belajar.
4.      Tatap muka di SMP Induk digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa selama belajar mandiri di luar gedung.
Disamping perbedaan di atas, masih ada hal lain yang membedakan SMP Biasa sebagai induknya dengan SMP Terbuka, sehingga fasilitas kegiatan belajar mengajar antara kedua SMP tersebut dalam porsi yang berbeda. Walaupun akhirnya lulusan SMP Terbuka sederajat atau sama dengan lulusan SMP Biasa melalui Ebta/Ebtanas atau ujian persamaan.
 Sejauh ini berdasarkan pengamatan yang penulis laksanakan. Bahwa di SMP Terbuka Sewon Bantul tatap muka untuk Pendidikan Agama Islam 1 jam pelajaran dalam 3 minggu. Sedangkan satu jam pelajaran adalah 60 menit.
Dengan waktu yang terbatas tersebut, maka guru agama dituntut untuk dapat  memilih dan menentukan strategi yang tepat agar kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis formulasikan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta?
2.      Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta ?
3.      Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan   pengajaran   Pendidikan   Agama   Islam   di   SMP   Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta ? 
C.    Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa faktor yang mendorong penulis memilih judul di atas, yaitu :
1.      Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
2.      Ingin mengetahui bagaimana strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar. 
E.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1)      Tujuan Penelitian
a)      Untuk   mengungkapkan   pelaksanaan   pengajaran   Pendidikan   Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
b)      Untuk mengungkapkan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
c)      Untuk    mengetahui    faktor    pendukung    dan    penghambat    dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
2)      Kegunaan Penelitian
Hasil   dari   penelitian   yang   akan   penulis   lakukan   diharapkan mempunyai beberapa kegunaan yaitu :
a.       Memberikan   informasi   bagi   pendidik,  dan calon   pendidik   mengenai pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka, khususnya di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
b.      Memberikan masukan kepada pendidik, khususnya guru  Pendidikan Agama Islam, mengenai strategi pengajaran yang efektif dan efisien di SMP Terbuka.
c.       Bagi   peneliti   khususnya,   hal   ini   memberikan   pengetahuan   yang bermanfaat dan berharga sebagai calon pendidik.
 F.     Metode Penelitian
Satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari penelitian adalah penetapan metode. Sehubungan dengan hal itu maka penulis menetapkan beberapa langkah yaitu :
1.      Metode Penemuan Subyek
Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah sebagai berikut :
a)      Kepala / Wakil Kepala Sekolah
Untuk mengetahui tentang sejarah berdiri dan perkembangan dari SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
b)      Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk mengetahui dan menggali informasi tentang pelaksanaan dan strategi pengajaran Pendidikan Agama Islam.
c)      Siswa
Untuk mengetahui pendapat siswa tentang pelaksanaan dan strategi pengajaran Pendidikan Agama Islam dengan mengambil semua siswa dari  kelas I, II dan III yang berjumlah 17 siswa sebagai sampelnya. 
d)     Karyawan dan Karyawati
Untuk memperoleh informasi tentang sarana dan prasarana yang ada di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
Mengenai cara pengambilan sampel Suharsimi Arikunto memberikan pedoman sebagai berikut :
untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan populasi sehingga lebih bisa dipertanggungjawabkan. Selanjutnya jika subyeknya berjumlah besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10- 15% atau 20 - 25 %._ 8

Berpegang pada pendapat Suharsimi tersebut, untuk subyek penelitian siswa karena jumlahnya hanya mencapai 17 siswa maka untuk lebih efektif penulis mengambil seluruh siswa sebagai sampel (mulai dari kelas I, II, dan III). Sehingga penelitian ini merupakan populasi agar lebih bisa dipertanggungjawabkan.9
2.      Metode Pengumpulan Data
Dalam  penelitian  ini  peneliti  mencoba  menggunakan  beberapa Metode  untuk  mengumpulkan data, yang mana dengan hal tersebut diharapkan akan saling melengkapi dan menyempurnakan antara data yang satu dengan lainnya. Metode-Metode itu antara lain :
a.       Metode Interview (wawancara)
Metode interview atau wawancara adalah Metode untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadap-hadapan muka dengan orang tersebut.10 Metode interview ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang sejarah berdirinya serta perkembangannya, dengan tokoh pendiri SMP Terbuka tersebut serta penulis gunakan untuk interview dengan guru agama untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan proses belajar   mengajar Pendidikan Agama Islam serta strategi pengajarannya.
b.      Metode Observasi
Metode observasi sebagai Metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan, dan pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki.11 Disini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mengadakan pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain :
1.      Mengamati kegiatan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas.
2.      Mengamati guru agama yang sedang mengajar, tentang materi, Metode, pendekatan, dan media yang digunakan dalam pengajaran.
3.      Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan sekitar SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi penelitian.
c.       Metode Angket
Dalam penelitian ini yang penulis gunakan adalah bentuk angket tertutup, artinya angket ini telah disediakan item jawabannya. Metode ini digunakan untuk   siswa dalam rangka menggali data mengenai pendapatnya tentang pendekatan, Metode dan media yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan materi.
d.      Metode Dokumentasi
Yaitu penelitian dengan  meneliti  dokumentasi  yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. 12 Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang berupa catatan, arsip, peta atau gambar sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta sebagai lokasi atau tempat tentang penelitian.
3.      Metode Analisis Data
Penelitian diperoleh dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Adapun analisis data yang penulis pergunakan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut :
a.       Data Kuantitatif
Dari data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik,  yakni   untuk  menganalisis  data yang berujud  angka  yang diperoleh dari  angket.  Dalam hal  ini  penulis menggunakan rumus persentase.
Rumus tersebut adalah :
                        Keterangan :    
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden.13
b.      Data Kualitatif
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif analisis non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan kata-kata atau menguraikan, serta mengadakan penafsiran data-data yang diperoleh. Adapun metode berpikir yang penulis pergunakan adalah :
1)      Metode Induktif
Yaitu cara berpikir berangkat dari faktor-faktor atau peristiwa yang khusus, kemudian ditarik kesimpulan yang umum.14
2)      Metode Deduktif
Yaitu cara berpikir untuk mengambil kesimpulan, berangkat dari hal atau peristiwa-peristiwa umum menuju kepada hal-hal atau peristiwa yang khusus.15
G.    KERANGKA TEORI
1.      Strategi Pengajaran
Dalam setiap proses belajar akan selalu terkandung di dalamnya unsur strategi. Karena strategi pengajaran merupakan salah satu rangkaian (sistem) dalam Proses Belajar Mengajar. Kedudukan strategi ini penting karena dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses tersebut berlangsung, dengan perhitungan tersebut, maka proses pendidikan akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai. Karena sesuatunya telah direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut pada masalah bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.
Pengertian strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.16 Dalam proses pendidikan taktik tidak lazim digunakan, tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu. Jadi metode mempunyai pengertian lebih luas dan lebih ideal serta konseptual. Namun demikian startegi yang baik adalah bila dapat melahirkan metode yang baik pula, sebab metode adalah merupakan suatu cara pelaksanaan strategi.17
Sedangkan mengenai pengajaran, sering terjadi kerancuan istilah penggunaan antara pendidikan dan pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan tidak sama dengan pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan lebih luas dari pengajaran.
Sikun Pribadi, Guru Besar IKIP Bandung yang diikuti oleh Dr. Ahmad Tafsir mengatakan pengajaran menurut pendapatan ialah " Suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi konitif dan psikomotor semata-mata_.18
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara masih dalam buku yang sama berpendapat : " Pengajaran itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari pendidikan_.19
Dari pendapat yang dikemukakan kedua ahli pendidikan tersebut, tidak terdapat perbedaan yang mendasar, menurut mereka " mendidik " ialah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak didik dalam menuju kedewasaannya. Salah satu diantara sekian banyak usaha itu ialah dengan mengajar.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dimulai. Urut dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.20
Pada prinsipnya ada empat strategi .dasar dalam proses belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang dijadikan sebagai hasil belajar mengajar, sasaran yang dituju harus jelas dan konkrit, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan   yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak   didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir
bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai yang berbeda guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk memilih sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi dasar yang lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan, termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, bisa dilihat dari berbagai segi, diantaranya kerajinan mengikuti tatap muka, periaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial. ataupun gabungan dari berbagai aspek. Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah (1989) guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang di harapkan.21
2.      Macam-macam strategi
Dalam proses belajar mengajar, ada berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru guna menunjang tujuan pengajaran. Pendekatan-pendekatan itu antara lain :


1)      Strategi Mengajar Pendekatan Kelompok.
Strategi mengajar pendekatan kelompok berkenaan dengan pengajaran suatu bahan pelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa. Fokus dari strategi pendekatan kelompok ini berkaitan dengan:
a)      Bagaimana melakukan entry behaviour, yaitu mengenai kemampuan awal siswa sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar.
b)      Bagaimana metode yang efektif. 
c)      Bagaimana memilih alat pelajaran yang relevan.
d)     Bagaimana melakukan pengendalian waktu.22
Selain itu agar strategi ini efektif perlu dipahami tentang konsep cara belajar siswa aktif atau CBSA. Karena konsep ini merupakan landasan dalam mengembangkan strategi belajar mengajar, pendekatan kelompok, dengan tujuan mengurangi berbagai kelemahannya.
2)      Strategi belajar mengajar – pendekatan individual.
Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan dasar atau kemampuan potensial seseorang berbeda-beda satu sama yang lain. Tidak ada individu mempunyai intelegensi atau bakat sama dalam berbagai bidang, meskipun kita terima pengelompokan siswa berdasarkan kategorisasi prestasi tinggi-sedang-rendah. Itu hanyalah suatu pendekatan saja. Hakekatnya setiap siswa berbeda secara individual, baik dalam hal prestasi hasil belajar maupun kemampuan potensialnya.
Strategi belajar mengajar individual, di samping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensialnya, juga memungkinkan setiap siswa dapat menguasai seluruh bahan pelajaran  secara penuh ini merupakan ide tersendiri yang melandasi berbagai sistem pengajaran individual. Ide ini dikenal dengan istilah "mastery learning atau belajar tuntas ".
Mastery learning atau belajar tuntas yaitu suatu pendekatan dengan cara guru menyusun bahan secara sempurna, bahan pelajaran diperinci dan di organisasikan kedalam satuan-satuan (unit) tertentu, sampai kepada satuan-satuan terkecil yang bermakna dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari satuan yang lebih besar, satuan bahan yang terkecil inilah yang disebut modul.23
3)      Pengertian Pendidikan Agama Islam       
Pengertian Pendidikan Agama Islam telah banyak dirumuskan oleh para ahli pendidikan, yang banyak mengandung persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tetapi perbedaan-perbedaan tidak sampai kepada inti pengertian. Hanya pada penekanan terhadap segi-segi tertentu menurut pemahaman mereka masing-masing. Di bawah ini pengertian pendidikan agama menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a.       Dalam bukunya yang ditulis oleh H. Abu Tauhid dari Sayyid Sabiq, sebagai berikut:
        
Artinya : Yang dimaksud dengan pendidikan (Islam) ialah mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, segi akal dan segi rokhaninya, sehingga ia menjadi masyarakat yang berguna, baik untuk dirinya maupun untuk ummatnya_.24

b.      Menurut Anwar Jundi, sebagai berikut :
   
Artinya : Sesungguhnya yang namanya pendidikan menurut pengertian Islam ialah menumbuhkan manusia dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggalkan dunia_.25

c.       Athiyah Al-Abrosy

     
Artinya :  Sesungguhnya  maksud  pendidikan   agama  (Islam)   ialah mempersiapkan   individu   agar   ia   dapat   hidup   dengan kehidupan yang sempurna_.26

Menurut definisi yang dikemukakan oleh Sayid Sabiq menekankan pada aspek-aspek yang yang perlu dipersiapkan oleh pendidikan terhadap anak didiknya. Sedangkan definisi dari Anwar Jundi menekankan pada pentingnya pendidikan yang dilakukan secara continue dari lahir hingga meninggal. Yang bisa disebut juga dengan istilah long life education atau pendidikan seumur hidup. Sedangkan definisi menurut yang dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrosy penekanannya adalah terletak pada tujuan dari pendidikan itu, yaitu dapat mencapai kehidupan yang sempurna.
Bertitik tolak dari beberapa definisi/pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian pendidikan agama Islam adalah :
" Suatu usaha yang secara sadar dilakukan pendidik terhadap anak didik baik dari segi jasmani, akal, dan rokhani. Yang dilakukan secara continue dari lahir hingga meninggal sehingga tercapai kehidupan yang sempurna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat ".
4)      Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan, merupakan pangkal tolak, tempat berpijak dalam melakukan sesuatu usaha, agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar ini akan memberikan corak dan warna dan mengarahkan usaha itu pada suatu tujuan tertentu, oleh karena itu dasar dan tujuan mempunyai hubungan yang erat.
Dasar pendidikan Islam yang pasti adalah Al-Qur'an dan As Sunnah, tetapi ada juga yang berpendapat ada 3 yaitu al-Qur'an, Sunnah dan Perundang-Undangan yang berlaku di negara kita.
a.      Al-Qur'an
Islam adalah agama yang membawa amanat agar ummatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-'Alaq 1-5.

Artinya : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan-mu lah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya_. (Q. S. Al Alaq 1-5).27

Yang dimaksud dengan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, bahwa Allah menganjurkan kepada kita agar kita melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Karena dengan pendidikan dan pengajaran itulah kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang belum kita ketahui.
Ayat   lain   yang   menjelaskan   tentang   hal   tersebut   adalah Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 9.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ {9}
Artinya : "......Katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? yang dapat mengambil pengajaran hanyalah orang-orang berakal yang konsekuen dengan keyakinannya".28
Maksud dari ayat di atas adalah bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya diantaranya dijelaskan oleh    Rasulullah sebagaimana kelebihan Rasulullah sendiri dari orang yang paling rendah diantara sahabatnya. Selain itu kelebihan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang yang lain.
Hal tersebut dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam hadistnya sebagai berikut                     
Artinya :  kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang – bintang yang lain_. (Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abu Darda’).29

b.      As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allah SWT. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur'an, seperti Al-Qur'an Sunnah juga berisi aqidah dan syari'ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Dalam sabdanya Nabi Muhammad SAW memberikan tamsil orang yang beriman dapat menolong dirinya sendiri dan membantu orang lain. Kandungan hadist tersebut sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Darda’. r.a. sebagai berikut 
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : Manusia yang paling utama adalah orang yang berilmu yang beriman yang apabila dibutuhkan orang, maka dia berguna bagi orang lain dan apabila tidak dibutuhkan orang, maka berguna bagi dirinya sendiri_.30 (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi)

5)      Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan dan pengajaran agama Islam menurut Dr. Zakiah Daradjat dkk, adalah :
Pendidikan Islam diharapkan menghasilkan apa yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam, dalam berhubungan dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat di alam semesta mi untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.31
Menurut Mahmud Yunus, tujuan pendidikan dan pengajaran agama Islam adalah :
" Menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan akhirat_.32
Sedangkan menurut Al-Ghazali tujuan dari pendidikan Islam adalah :
a.       Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b.      Insan purna yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.33
Hasan Langgulang merumuskan tujuan pendidikan akhir dan pengajaran Agama Islam adalah.
1.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2.      Perwujudan diri sesuai dengan pandangan Islam.
3.      Persiapan untuk menjadi orang yang baik.
4.      Perkembangan yang menyeluruh bagi pribadi pelajar.
Dan sebagian ulama berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah kebahagiaan dunia akhirat sebagaimana yang terdapat pada Q.S. Al Baqarah 201.
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ{201}
Artinya : Dan diantara mereka ada yang berdoa :Ya Tuhan Kami, berilah kami, kebaikan di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka_.34

Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli tersebut, maka penulis menarik kesimpulan, bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah :
1.            Mempunyai akhlak yang mulia
2.            Mencapai dewasa jasmani dan rohani
3.            Membentuk pribadi muslim
4.            Beriman pribadi Muslim
5.            Bercita-cita bahagia dunia dan akhirat
6.            Berguna bagi diri sendiri dan masyarakat
6)      Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah bukan hanya sekedar untuk diketahui saja, tetapi juga perlu dihayati dan diamalkan. Tetapi kenyataan menunjukkan masih banyak pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah yang hanya menyampaikan materi untuk dihafal dan diketahui. Nilai agama yang diperoleh para siswa memang cukup baik, tetapi tingkah laku mereka belum memasuki dan memenuhi aturan agama. Itu berarti pendidikan agama yang disampaikan belum bisa dihayatinya. Ketimpangan yang terjadi itu karena   pendidikan   agama   di sekolah belum menyampaikan apa yang semestinya, yakni hanya menyampaikan aspek kognitifnya saja, sedang aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan. Oleh sebab itu maka pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah harus memperhatikan ketiga aspek tersebut. Dengan itu maka setelah terjadi proses belajar mengajar anak didik akan lebih mengerti, memahami, menghayati dan mengamalkan agamanya sebagai ajaran yang menjadi pandangan hidup dan agamanya. Karena pada dasarnya, pendidikan lebih merupakan proses alih nilai yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku, seperti yang diungkapkan Ahmad Watik Pratiknya bahwa hakekat   pendidikan agama adalah mengarahkan anak didik supaya menjadi manusia yang lebih lengkap dalam dimensi religionsnya.35
7)      Materi Pendidikan Islam
Rumusan materi pendidikan Islam antara lain dikemukakan oleh Zuhairini, materi-materi tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Aqidah, yakni meliputi, i'tiqad baru, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai pencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b.      Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan kehidupan manusia.
c.       Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap, penyempurna bagi kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.36
Sedangkan menurut Al Ghozali, Ilmu pendidikan Islam dibagi menjadi dua yaitu ilmu-ilmu yang merupakan fardhu ‘ain dan ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah. Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu 'ain yang wajib dipelajari oleh semua orang Islam meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari kitab suci Al Qur'an, dengan rincian sebagai berikut :
a)      Ilmu Al Qur'an dan Ilmu agama seperti Fiqh, Hadits dan Tafsir.
b)      Ilmu   bahasa seperti nahwu saraf, makhraj dan lafal-lafalnya yang membantu ilmu agama.
Ilmu-ilmu fardhu kifayah dari ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan urusan kehidupan duniawi, seperti ilmu kedokteran, matematika, serta ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.
Dengan demikian  keseluruhan  materi   pokok  pendidikan  Islam meliputi :
a.       Ilmu tauhid                 d. Al Qur'an                        
b.      Al Hadits                    e. Akhlak
c.       Ilmu Fiqh                    f. Sejarah Islam
8)      Metode Pendidikan Islam
Metode adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada prinsipnya Metode mengajar agama sama dengan Metode mengajar ilmu pengetahuan di samping diakui adanya ciri-ciri khusus tersendiri.37
Adapun macam-macam Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut :

a.       Metode Ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.
b.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.
c.       Metode diskusi.
Metode diskusi ialah suatu metode dalam mempelajari bahan dengan jalan mendiskusikannya sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.
d.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen.
Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri tentang suatu proses.
e.       Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
Metode resitasi ialah metode dimana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.
f.       Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ialah kelompok kerja anak-anak yang bersifat pedagogis yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik atau kerjasama antara individu serta saling percaya mempercayai.
g.      Metode Sosio Drama
Metode Sosio drama ialah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
h.      Metode Karya Wisata.
Metode Karya Wisata ialah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas untuk memperlihatkan hal-hal peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran
i.        Metode Drill atau Latihan Siap
Metode drill ialah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.38

H.    Sistematika Pembahasan
Bab I
Pendahuluan yang mencakup tentang Penegasan Istilah, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Pembahasan.
Bab II
Tentang Gambaran Umum SMP Terbuka Sewon Bantul yang meliputi Letak Geografis, Sejarah Singkat Berdirinya, Struktur Organisasi beserta tugas-tugasnya, Keadaan guru, Siswa, Karyawan, serta keadaan sarana dan prasarana.
Bab III
Berisi tentang pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka yang meliputi Dasar Pendidikan Agama Islam,   Tujuan Pendidikan Agama Islam, Materi Pendidikan Agama Islam,    dan Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Bab IV
Merupakan  bab  yang  berisi  tentang  strategi  pengajaran  Pendidikan Agama  Islam,  yang  meliputi   metode,  pendekatan   dan media yang digunakan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, serta evaluasi pendidikan agama Islam, hasil yang dicapai, faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
Bab V
Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan, saran dan kata penutup.
DAFTAR PUSTAKA
 


Abu Bakar Muhammad, Hadist Tarbiyah I, Surabaya, Al-lkhlas, 1995.
Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta, Fak. Tarbiyah
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung Remaja Rosdakarva, 1997.
Ahmad Syafii Maarif, dkk, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Yogyakarta, 1991.
Aliyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al Ghozali, Bandung, Al Maarif. 1986.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press 1996. Depag Rl, Al Qur'an dan Terjemahnya, Semarang, Toha Putra, 1989.
Depdikbud, Modul SMP Terbuka, 1996.
Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SLTP Mata Pelajaran Agama Islam, Jakarta, 1987.
Hasan  Langgulung, Beberapa Pemikiran  Tentang Pendidikan  Islam, Bandung, Al-Maarif, 1980.
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.
Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1989.
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Algesindo, 1996.
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta, Nidakarya, 1978.
Nur Uhbiyati, llmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1998.
Sardinian, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Press, 1987.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yasbit. Fak. Psikolgi Yogyakarta, 1987.
Sutrisno Hadi, Metodologi Researh I, Yogyakarta, Yasbit. Fak. Psikologi UGM, 1989.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1985.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992.
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Surabaya, Usaha Nasional, 1983.





1 Syaiful Bahri Djamarh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 5
2 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hlm. 22
3 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hlm. 86
4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hlm. 51
5 Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 11
6 Ibid, hlm. 14
7 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), hlm. 30
8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yasbit : Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1987), hlm. 75
9 Ibid, hlm. 75
10 Ibid, hlm. 75
11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1989) hlm. 75
12 Prof. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1996), hlm. 27
13 Anas Sudijono, Op. Cit, hlm. 41
14 Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm.36
15 Ibid, hlm. 36
16 Prof. H. M. Arifin, Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hlm. 58
17 Ibid, hlm. 58
18 Dr. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 7
19 Ibid
20 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hlm. 86
21 Ibid, hlm. 84
22 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar¸(Bandung : Algesindo, 1996), hlm. 3
23 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain,  Strategi Belajar mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hlm. 24
24 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga), hlm. 11
25 Ibid, hlm. 22
26 Ibid, hlm. 12
27 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm. 1879
28 Ibid, hlm. 747

29 Abu Bakar Muhammad, Hadist Tarbiyah, (Surabaya :  AL-Ikhlas, 1995), hlm. 223
30 Ibid, hlm. 226
31 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hlm. 29
32 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta : Nidakarya, 1978), hlm 10
33 Aliyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi AL-Ghozali, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1986), hlm. 2
34 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.49
35 A. Syafi’I Maarif, dkk,  Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : 1991), hlm. 99
36 Zuharini, dkk,  Metodik Khusus Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hlm. 60
37 Zuharini, Ibid, hlm. 81
38 Ibid, hlm. 81 - 106

Tidak ada komentar:

Posting Komentar