BAB I
PENDAHULUAN
A.
Penegasan Istilah
Untuk
menghindari salah penafsiran dengan penelitian yang berjudul STRATEGI
PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP TERBUKA SEWON BANTUL YOGYAKARTA
ini perlu penjelasan istilah-istilahnya, sebagai berikut :
1.
Strategi
Secara umum
mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan.1
2.
Pengajaran
Artinya cara
(perbuatan dan sebagainya) perihal mengajar, segala sesuatu mengenai
pengajaran.2
3.
Pendidikan Agama Islam
Ialah usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.3
4.
SLTP Terbuka
Adalah sekolah
menengah umum tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar
diselenggarakan diluar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui
berbagai media dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.4
5.
Sewon Bantul Yogyakarta
Adalah suatu
nama kecamatan yang berada
dalam wilayah Kabupaten Bantul
dimana lokasi SMP Terbuka tersebut berada.
Berangkat
dari pembatasan istilah tersebut diatas, maka maksud dari judul penelitian ini
adalah suatu penelitian yang diadakan di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta
dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana strategi pengajaran
pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di SMP Terbuka tersebut.
B.
Latar Belakang Masalah
Sejak
Indonesia merdeka masalah pendidikan mendapat perhatian dari pihak pemerintah,
karena bagaimanapun pendidikan yang ada pada suatu negara akan mempengaruhi
masa depan bangsa. Tidak ketinggalan di sini pendidikan agama juga mulai
diberikan di sekolah-sekolah negeri, dan hingga saat ini pelajaran agama
mempunyai kedudukan yang sama dengan pelajaran umum lainnya.
Secara
yuridis-formal, eksistensi Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dan dua kurva
waktu yaitu, kurva sebelum Undang-undang No. 2/1989. Sebelum UU No.2/1989,
eksistensi dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah didasarkan kepada
Undang-Undang RI. No. 4 tahun 1950 dan Undang-Undang RI. No. 12 tahun 1954.
Dalam Pasal 20 (1) Undang-undang RI No. 4 tahun 1950 disebutkan bahwa. :
"Dalam sekolah-sekolah negeri
diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah anaknya akan
mengikuti pelajaran tersebut atau tidak_.
Selanjutnya
Pasal 2 Undang – undang RI No. 4 Tahun 1950 menyebutkan bahwa :
1)
Undang
– undang ini tidak berlaku untuk pendidikan dan pengajaran di sekolah Agama dan
Pendidikan Masyarakat.
2)
Pendidikan
dan Pengajaran Agama di sekolah – sekolah agama dan pendidikan masyarakat
masing – masing ditetapkan dalam undang – undang lain.
Dengan
demikian, menurut Undang – undang RI No. 4 Tahun 1950 eksistensi Pendidikan
Agama Islam masih sangat lemah. Kelemahan itu bisa dilihat dari dua sudut,
pertama dari segi kelembagaan, tidak ada ketentuan hukum yang secara tegas
menjamin eksistensi lembaga pendidikan Islam. Kedua dari sisi kurikulum,
pelajaran Agama Islam yang diselenggarakan di sekolah masih merupakan mata
pelajaran aktif atau pilihan yang tidak mengikat karena tidak mempengaruhi
kelulusan siswa.5
Sejak
diundangkannya Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
eksistensi Pendidikan Agama Islam di sekolah semakin kuat, secara yuridis
formal Undang-Undang No. 2/1989 tidak membedakan kedudukan lembaga pendidikan
agama dengan lembaga pendidikan lainnya. Lebih tegasnya, lembaga pendidikan
Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional dan
pembangunan nasional.
Disamping
Undang-undang No. 2/1989 juga mengakui pentingnya pendidikan agama termasuk di
dalamnya Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran penting di
sekolah-sekolah.
Penjelasan
mengenai pentingnya Pendidikan Agama Islam sebagai bagian integral dari Sistem
Pendidikan Nasional dan pembangunan dapat dilihat dalam Bab 11 Pasal 4 tentang
tujuan Pendidikan Nasional dan Bab IX Pasal 39 (2) tentang kurikulum pendidikan
di sekolah.
Dalam
kaitannya dengan tujuan pendidikan, tujuan pendidikan nasional UU No. 2/1989
menyebutkan :
"Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan".
Dalam
kaitannya dengan kurikulum pendidikan di sekolah, UU No. 2/1989 menyebutkan isi
setiap kurikulum, setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.6
Dalam
setiap kegiatan proses belajar mengajar, pastilah di dalamnya terkandung
tujuan, yaitu sasaran yang akan dicapai. Dalam pendidikan Islam, menurut Ahmad
D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan yaitu tujuan sementara dan tujuan
akhir. Dalam tujuan sementara yang harus dicapai umat Islam yang melaksanakan
pendidikan Islam yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan
jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakat,
kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rokhani dan sebagainya.7
Adapun
tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian muslim. Sedangkan
kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan
atau mencerminkan ajaran Islam.
Menurut
Ahmad D. Marimba (Nur Uhbiyati 1998), aspek-aspek kepribadian itu dapat
digolongkan ke dalam 3 hal, yaitu :
1.
Aspek kejasmaniahan meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak
dan ketahanan dari luar, misalnya : cara-cara berbuat, cara-cara berbicara dan
sebagainya.
2.
Aspek kejiwaan meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat
dilihat dan ketahanan dari luar misalnya cara berpikir, sikap, dan minat.
3.
Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan
yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan ini meliputi sistem
nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah mengarahkan
dan memberi corak seluruh kepribadian individu itu. Bagi orang yang beragama
aspek-aspek inilah yang menuntunya ke arah kebahagian, bukan saja di dunia
tetapi juga di akhirat.
Seperti
yang telah penulis kemukakan di muka, bahwa SMP Terbuka adalah sekolah lanjutan
tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar
gedung sekolah dengar cara penyampaian
pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang terbatas antara guru dan
murid.
SMP
Terbuka merupakan institusi pendidikan yang sederajat dengan SMP Biasa
(reguler). Hanya saja pelaksanaan pembelajaran di SMP Terbuka mempunyai
beberapa perbedaan dengan SMP Biasa. Kedudukan SMP Biasa merupakan induk dari
SMP Terbuka. Perbedaan dari kedua SMP tersebut terletak pada beberapa segi
antara lain :
1.
Prinsip belajar pada SMP Terbuka adalah belajar mandiri melalui
modul, radio atau kaset. Sedangkan pada SMP Biasa prinsip belajarnya melalui
tatap muka 2 jam pelajaran dalam setiap minggunya.
2.
Cara belajar SMP Terbuka tidak terikat oleh waktu dan tempat,
sedangkan SMP Biasa sangat terikat oleh waktu dan tempat yang telah ditentukan
yakni di gedung SMP.
3.
Guru dalam SMP Terbuka dapat diambil dari pemuka masyarakat yang
diangkat dari tenaga yang tempat tinggalnya dekat dengan tempat kegiatan
belajar.
4.
Tatap muka di SMP Induk digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi siswa selama belajar mandiri di luar gedung.
Disamping
perbedaan di atas, masih ada hal lain yang membedakan SMP Biasa sebagai
induknya dengan SMP Terbuka, sehingga fasilitas kegiatan belajar mengajar
antara kedua SMP tersebut dalam porsi yang berbeda. Walaupun akhirnya lulusan
SMP Terbuka sederajat atau sama dengan lulusan SMP Biasa melalui Ebta/Ebtanas
atau ujian persamaan.
Sejauh ini berdasarkan pengamatan yang penulis
laksanakan. Bahwa di SMP Terbuka Sewon Bantul tatap muka untuk Pendidikan Agama
Islam 1 jam pelajaran dalam 3 minggu. Sedangkan satu jam pelajaran adalah 60
menit.
Dengan
waktu yang terbatas tersebut, maka guru agama dituntut untuk dapat memilih dan menentukan strategi yang tepat
agar kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam berjalan dengan efektif
dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis formulasikan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta?
2.
Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta ?
3.
Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan pengajaran Pendidikan
Agama Islam di
SMP Terbuka Sewon Bantul
Yogyakarta ?
C.
Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa faktor yang mendorong penulis memilih judul di atas,
yaitu :
1.
Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
2.
Ingin mengetahui bagaimana strategi pengajaran yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar.
E.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1)
Tujuan Penelitian
a)
Untuk mengungkapkan pelaksanaan
pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka Sewon Bantul
Yogyakarta.
b)
Untuk mengungkapkan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar di SMP Terbuka Sewon
Bantul Yogyakarta.
c)
Untuk mengetahui faktor
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
2)
Kegunaan Penelitian
Hasil
dari penelitian yang
akan penulis lakukan
diharapkan mempunyai beberapa kegunaan yaitu :
a.
Memberikan informasi bagi
pendidik, dan calon pendidik
mengenai pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka,
khususnya di SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta.
b.
Memberikan masukan kepada pendidik, khususnya guru Pendidikan Agama Islam, mengenai strategi
pengajaran yang efektif dan efisien di SMP Terbuka.
c.
Bagi peneliti khususnya,
hal ini memberikan
pengetahuan yang bermanfaat dan
berharga sebagai calon pendidik.
F.
Metode Penelitian
Satu
hal yang tidak dapat dipisahkan dari penelitian adalah penetapan metode.
Sehubungan dengan hal itu maka penulis menetapkan beberapa langkah yaitu :
1.
Metode Penemuan Subyek
Dalam penelitian
ini subyek penelitian adalah sebagai berikut :
a)
Kepala / Wakil Kepala Sekolah
Untuk mengetahui
tentang sejarah berdiri dan perkembangan dari SMP Terbuka Sewon Bantul
Yogyakarta.
b)
Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk mengetahui
dan menggali informasi tentang pelaksanaan dan strategi pengajaran Pendidikan
Agama Islam.
c)
Siswa
Untuk mengetahui
pendapat siswa tentang pelaksanaan dan strategi pengajaran Pendidikan Agama
Islam dengan mengambil semua siswa dari
kelas I, II dan III yang berjumlah 17 siswa sebagai sampelnya.
d)
Karyawan dan Karyawati
Untuk memperoleh
informasi tentang sarana dan prasarana yang ada di SMP Terbuka Sewon Bantul
Yogyakarta.
Mengenai
cara pengambilan sampel Suharsimi Arikunto memberikan pedoman sebagai berikut :
untuk sekedar ancer-ancer maka apabila
subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian
ini merupakan populasi sehingga lebih bisa dipertanggungjawabkan. Selanjutnya
jika subyeknya berjumlah besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10- 15%
atau 20 - 25 %._ 8
Berpegang
pada pendapat Suharsimi tersebut, untuk subyek penelitian siswa karena
jumlahnya hanya mencapai 17 siswa maka untuk lebih efektif penulis mengambil
seluruh siswa sebagai sampel (mulai dari kelas I, II, dan III). Sehingga
penelitian ini merupakan populasi agar lebih bisa dipertanggungjawabkan.9
2.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian
ini peneliti mencoba
menggunakan beberapa Metode untuk
mengumpulkan data, yang mana dengan hal tersebut diharapkan akan saling
melengkapi dan menyempurnakan antara data yang satu dengan lainnya.
Metode-Metode itu antara lain :
a.
Metode Interview (wawancara)
Metode
interview atau wawancara adalah Metode untuk mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap
berhadap-hadapan muka dengan orang tersebut.10 Metode interview ini peneliti gunakan untuk
mencari data tentang sejarah berdirinya serta perkembangannya, dengan tokoh
pendiri SMP Terbuka tersebut serta penulis gunakan untuk interview dengan guru
agama untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam serta
strategi pengajarannya.
b.
Metode Observasi
Metode
observasi sebagai Metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan, dan
pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki.11
Disini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mengadakan
pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan.
Dalam
penelitian ini Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain :
1.
Mengamati kegiatan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung
di kelas.
2.
Mengamati guru agama yang sedang mengajar, tentang materi, Metode,
pendekatan, dan media yang digunakan dalam pengajaran.
3.
Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan sekitar SMP Terbuka
Sewon Bantul Yogyakarta untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi
penelitian.
c.
Metode Angket
Dalam
penelitian ini yang penulis gunakan adalah bentuk angket tertutup, artinya
angket ini telah disediakan item jawabannya. Metode ini digunakan untuk siswa dalam rangka menggali data mengenai
pendapatnya tentang pendekatan, Metode dan media yang digunakan oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan materi.
d.
Metode Dokumentasi
Yaitu
penelitian dengan meneliti dokumentasi
yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. 12 Metode ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data yang berupa catatan, arsip, peta atau gambar sehingga diperoleh
gambaran yang jelas tentang SMP Terbuka Sewon Bantul Yogyakarta sebagai lokasi
atau tempat tentang penelitian.
3.
Metode Analisis Data
Penelitian
diperoleh dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Adapun analisis data
yang penulis pergunakan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut :
a.
Data Kuantitatif
Dari data yang
diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik, yakni
untuk menganalisis data yang berujud angka
yang diperoleh dari angket. Dalam hal
ini penulis menggunakan rumus
persentase.
Rumus tersebut
adalah :
Keterangan :
P
: Persentase
F
: Frekuensi
N
: Jumlah responden.13
b.
Data Kualitatif
Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif analisis non
statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan kata-kata atau
menguraikan, serta mengadakan penafsiran data-data yang diperoleh. Adapun
metode berpikir yang penulis pergunakan adalah :
1)
Metode Induktif
Yaitu cara
berpikir berangkat dari faktor-faktor atau peristiwa yang khusus, kemudian
ditarik kesimpulan yang umum.14
2)
Metode Deduktif
Yaitu cara
berpikir untuk mengambil kesimpulan, berangkat dari hal atau
peristiwa-peristiwa umum menuju kepada hal-hal atau peristiwa yang khusus.15
G.
KERANGKA TEORI
1.
Strategi Pengajaran
Dalam
setiap proses belajar akan selalu terkandung di dalamnya unsur strategi. Karena
strategi pengajaran merupakan salah satu rangkaian (sistem) dalam Proses
Belajar Mengajar. Kedudukan strategi ini penting karena dalam proses pendidikan
diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi dan situasi dimana proses tersebut
berlangsung, dengan perhitungan tersebut, maka proses pendidikan akan lebih
terarah kepada tujuan yang hendak dicapai. Karena sesuatunya telah direncanakan
secara matang. Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut
pada masalah bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran
pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi yang ada.
Pengertian
strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala cara dan daya
untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil
yang diharapkan secara maksimal.16 Dalam proses pendidikan taktik tidak lazim
digunakan, tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik
mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. Metode adalah jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sedangkan teknik adalah cara
mengerjakan sesuatu. Jadi metode mempunyai pengertian lebih luas dan lebih
ideal serta konseptual. Namun demikian startegi yang baik adalah bila dapat
melahirkan metode yang baik pula, sebab metode adalah merupakan suatu cara
pelaksanaan strategi.17
Sedangkan
mengenai pengajaran, sering terjadi kerancuan istilah penggunaan antara
pendidikan dan pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan tidak sama
dengan pengajaran. Ada yang berpendapat bahwa pendidikan lebih luas dari
pengajaran.
Sikun
Pribadi, Guru Besar IKIP Bandung yang diikuti oleh Dr. Ahmad Tafsir mengatakan
pengajaran menurut pendapatan ialah " Suatu kegiatan yang menyangkut
pembinaan anak mengenai segi konitif dan psikomotor semata-mata_.18
Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara masih dalam buku yang sama berpendapat : "
Pengajaran itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah satu bagian dari
pendidikan_.19
Dari
pendapat yang dikemukakan kedua ahli pendidikan tersebut, tidak terdapat
perbedaan yang mendasar, menurut mereka " mendidik " ialah
melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak didik dalam menuju
kedewasaannya. Salah satu diantara sekian banyak usaha itu ialah dengan
mengajar.
Belajar
mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar yang
dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dimulai. Urut dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.20
Pada
prinsipnya ada empat strategi .dasar dalam proses belajar mengajar yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang dijadikan sebagai hasil belajar
mengajar, sasaran yang dituju harus jelas dan konkrit, sehingga mudah dipahami
oleh anak didik.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara
guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan
dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan
yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau
teknik penyajian untuk memotivasi anak
didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk
memecahkan masalah berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong
dan mampu berpikir
bebas dan cukup
keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu
metode mungkin hanya cocok dipakai yang berbeda guru hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria
keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk
memilih sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu
program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem
penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi dasar
yang lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan,
termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang siswa dapat dikategorikan sebagai
anak didik yang berhasil, bisa dilihat dari berbagai segi, diantaranya
kerajinan mengikuti tatap muka, periaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan,
hubungan sosial. ataupun gabungan dari berbagai aspek. Karena itu dalam
kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah (1989) guru harus memiliki
strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada
tujuan yang di harapkan.21
2.
Macam-macam strategi
Dalam
proses belajar mengajar, ada berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan
oleh guru guna menunjang tujuan pengajaran. Pendekatan-pendekatan itu antara
lain :
1)
Strategi Mengajar Pendekatan Kelompok.
Strategi
mengajar pendekatan kelompok berkenaan dengan pengajaran suatu bahan pelajaran
sama dalam waktu bersamaan untuk sekelompok siswa. Fokus dari strategi
pendekatan kelompok ini berkaitan dengan:
a)
Bagaimana melakukan entry behaviour, yaitu mengenai
kemampuan awal siswa sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar.
b)
Bagaimana metode yang efektif.
c)
Bagaimana memilih alat pelajaran yang relevan.
Selain
itu agar strategi ini efektif perlu dipahami tentang konsep cara belajar siswa
aktif atau CBSA. Karena konsep ini merupakan landasan dalam mengembangkan
strategi belajar mengajar, pendekatan kelompok, dengan tujuan mengurangi
berbagai kelemahannya.
2)
Strategi belajar mengajar – pendekatan individual.
Berbagai
hasil penelitian membuktikan bahwa kemampuan dasar atau kemampuan potensial
seseorang berbeda-beda satu sama yang lain. Tidak ada individu mempunyai
intelegensi atau bakat sama dalam berbagai bidang, meskipun kita terima
pengelompokan siswa berdasarkan kategorisasi prestasi tinggi-sedang-rendah. Itu
hanyalah suatu pendekatan saja. Hakekatnya setiap siswa berbeda secara
individual, baik dalam hal prestasi hasil belajar maupun kemampuan
potensialnya.
Strategi
belajar mengajar individual, di samping memungkinkan setiap siswa dapat belajar
sesuai dengan kemampuan potensialnya, juga memungkinkan setiap siswa dapat
menguasai seluruh bahan pelajaran secara
penuh ini merupakan ide tersendiri yang melandasi berbagai sistem pengajaran
individual. Ide ini dikenal dengan istilah "mastery learning atau
belajar tuntas ".
Mastery
learning atau belajar tuntas yaitu suatu pendekatan dengan cara guru menyusun
bahan secara sempurna, bahan pelajaran diperinci dan di organisasikan kedalam
satuan-satuan (unit) tertentu, sampai kepada satuan-satuan terkecil yang
bermakna dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari satuan yang lebih
besar, satuan bahan yang terkecil inilah yang disebut modul.23
3)
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian
Pendidikan Agama Islam telah banyak dirumuskan oleh para ahli pendidikan, yang
banyak mengandung persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tetapi perbedaan-perbedaan
tidak sampai kepada inti pengertian. Hanya pada penekanan terhadap segi-segi
tertentu menurut pemahaman mereka masing-masing. Di bawah ini pengertian
pendidikan agama menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a.
Dalam bukunya yang ditulis oleh H. Abu Tauhid dari Sayyid Sabiq,
sebagai berikut:
Artinya
: Yang dimaksud dengan pendidikan (Islam) ialah mempersiapkan anak baik dari
segi jasmani, segi akal dan segi rokhaninya, sehingga ia menjadi masyarakat
yang berguna, baik untuk dirinya maupun untuk ummatnya_.24
b.
Menurut Anwar Jundi, sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya yang namanya
pendidikan menurut pengertian Islam ialah menumbuhkan manusia dengan
pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggalkan dunia_.25
c.
Athiyah Al-Abrosy
Artinya :
Sesungguhnya maksud pendidikan
agama (Islam) ialah mempersiapkan individu
agar ia dapat
hidup dengan kehidupan yang
sempurna_.26
Menurut
definisi yang dikemukakan oleh Sayid Sabiq menekankan pada aspek-aspek yang
yang perlu dipersiapkan oleh pendidikan terhadap anak didiknya. Sedangkan
definisi dari Anwar Jundi menekankan pada pentingnya pendidikan yang dilakukan
secara continue dari lahir hingga meninggal. Yang bisa disebut juga dengan
istilah long life education atau pendidikan seumur hidup.
Sedangkan definisi menurut yang dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrosy penekanannya
adalah terletak pada tujuan dari pendidikan itu, yaitu dapat mencapai kehidupan
yang sempurna.
Bertitik
tolak dari beberapa definisi/pengertian di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian pendidikan agama Islam adalah :
"
Suatu usaha yang secara sadar dilakukan pendidik terhadap anak didik baik dari
segi jasmani, akal, dan rokhani. Yang dilakukan secara continue dari
lahir hingga meninggal sehingga tercapai kehidupan yang sempurna dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat ".
4)
Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar
adalah landasan, merupakan pangkal tolak, tempat berpijak dalam melakukan
sesuatu usaha, agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar ini akan
memberikan corak dan warna dan mengarahkan usaha itu pada suatu tujuan
tertentu, oleh karena itu dasar dan tujuan mempunyai hubungan yang erat.
Dasar
pendidikan Islam yang pasti adalah Al-Qur'an dan As Sunnah, tetapi ada juga
yang berpendapat ada 3 yaitu al-Qur'an, Sunnah dan Perundang-Undangan yang
berlaku di negara kita.
a.
Al-Qur'an
Islam adalah
agama yang membawa amanat agar ummatnya menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-'Alaq 1-5.
Artinya : Bacalah dengan menyebut nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhan-mu lah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya_.
(Q. S. Al Alaq 1-5).27
Yang
dimaksud dengan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya, bahwa
Allah menganjurkan kepada kita agar kita melaksanakan pendidikan dan
pengajaran. Karena dengan pendidikan dan pengajaran itulah kita dapat mengambil
pelajaran dari apa yang belum kita ketahui.
Ayat lain
yang menjelaskan tentang
hal tersebut adalah Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 9.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا
وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا
اْلأَلْبَابِ {9}
Artinya : "......Katakanlah,
adakah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?
yang dapat mengambil pengajaran hanyalah orang-orang berakal yang konsekuen
dengan keyakinannya".28
Maksud
dari ayat di atas adalah bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya diantaranya dijelaskan
oleh Rasulullah sebagaimana kelebihan
Rasulullah sendiri dari orang yang paling rendah diantara sahabatnya. Selain
itu kelebihan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu bagaikan
kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang yang lain.
Hal
tersebut dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam hadistnya sebagai berikut
Artinya :
kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang bodoh)
bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari semua bintang – bintang yang
lain_. (Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah
dari Abu Darda’).29
b.
As-Sunnah
As-Sunnah
ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allah SWT. Sunnah merupakan
sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur'an, seperti Al-Qur'an Sunnah juga berisi
aqidah dan syari'ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup
manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Dalam
sabdanya Nabi Muhammad SAW memberikan tamsil orang yang beriman dapat menolong
dirinya sendiri dan membantu orang lain. Kandungan hadist tersebut sesuai
dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Darda’. r.a. sebagai berikut
Artinya : Rasulullah SAW bersabda :
Manusia yang paling utama adalah orang yang berilmu yang beriman yang apabila
dibutuhkan orang, maka dia berguna bagi orang lain dan apabila tidak dibutuhkan
orang, maka berguna bagi dirinya sendiri_.30 (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi)
5)
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan
pendidikan dan pengajaran agama Islam menurut Dr. Zakiah Daradjat dkk, adalah :
Pendidikan
Islam diharapkan menghasilkan apa yang berguna bagi dirinya dan masyarakat
serta dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam, dalam berhubungan
dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin
meningkat di alam semesta mi untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di
akhirat nanti.31
Menurut
Mahmud Yunus, tujuan pendidikan dan pengajaran agama Islam adalah :
"
Menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan
pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan dunia dan
akhirat_.32
Sedangkan
menurut Al-Ghazali tujuan dari pendidikan Islam adalah :
a.
Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hasan
Langgulang merumuskan tujuan pendidikan akhir dan pengajaran Agama Islam
adalah.
1.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
2.
Perwujudan diri sesuai dengan pandangan Islam.
3.
Persiapan untuk menjadi orang yang baik.
4.
Perkembangan yang menyeluruh bagi pribadi pelajar.
Dan
sebagian ulama berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah kebahagiaan dunia akhirat sebagaimana yang terdapat pada Q.S. Al
Baqarah 201.
وَمِنْهُم
مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ{201}
Artinya : Dan diantara mereka
ada yang berdoa :Ya Tuhan Kami, berilah kami, kebaikan di dunia dan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka_.34
Dari
beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli tersebut, maka penulis menarik
kesimpulan, bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah :
1.
Mempunyai akhlak yang mulia
2.
Mencapai dewasa jasmani dan rohani
3.
Membentuk pribadi muslim
4.
Beriman pribadi Muslim
5.
Bercita-cita bahagia dunia dan akhirat
6.
Berguna bagi diri sendiri dan masyarakat
6)
Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
Agama Islam di sekolah bukan hanya sekedar untuk diketahui saja, tetapi juga
perlu dihayati dan diamalkan. Tetapi kenyataan menunjukkan masih banyak
pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah yang hanya menyampaikan materi
untuk dihafal dan diketahui. Nilai agama yang diperoleh para siswa memang cukup
baik, tetapi tingkah laku mereka belum memasuki dan memenuhi aturan agama. Itu
berarti pendidikan agama yang disampaikan belum bisa dihayatinya. Ketimpangan
yang terjadi itu karena pendidikan agama
di sekolah belum menyampaikan apa yang semestinya, yakni hanya
menyampaikan aspek kognitifnya saja, sedang aspek afektif dan psikomotorik
kurang diperhatikan. Oleh sebab itu maka pelaksanaan pendidikan agama Islam di
sekolah harus memperhatikan ketiga aspek tersebut. Dengan itu maka setelah
terjadi proses belajar mengajar anak didik akan lebih mengerti, memahami,
menghayati dan mengamalkan agamanya sebagai ajaran yang menjadi pandangan hidup
dan agamanya. Karena pada dasarnya, pendidikan lebih merupakan proses alih
nilai yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku, seperti yang
diungkapkan Ahmad Watik Pratiknya bahwa hakekat pendidikan agama adalah mengarahkan anak
didik supaya menjadi manusia yang lebih lengkap dalam dimensi religionsnya.35
7)
Materi Pendidikan Islam
Rumusan
materi pendidikan Islam antara lain dikemukakan oleh Zuhairini, materi-materi
tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Aqidah, yakni meliputi, i'tiqad baru, mengajarkan keesaan Allah,
Esa sebagai pencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b.
Syari'ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka
mentaati semua peraturan dan kehidupan manusia.
c.
Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap, penyempurna
bagi kedua amal di atas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup
manusia.36
Sedangkan
menurut Al Ghozali, Ilmu pendidikan Islam dibagi menjadi dua yaitu ilmu-ilmu
yang merupakan fardhu ‘ain dan ilmu-ilmu yang merupakan fardhu kifayah.
Ilmu-ilmu yang merupakan fardhu 'ain yang wajib dipelajari oleh semua orang
Islam meliputi ilmu-ilmu agama yakni ilmu yang bersumber dari kitab suci Al
Qur'an, dengan rincian sebagai berikut :
a)
Ilmu Al Qur'an dan Ilmu agama seperti Fiqh, Hadits dan Tafsir.
b)
Ilmu bahasa seperti nahwu
saraf, makhraj dan lafal-lafalnya yang membantu ilmu agama.
Ilmu-ilmu
fardhu kifayah dari ilmu-ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk memudahkan urusan
kehidupan duniawi, seperti ilmu kedokteran, matematika, serta ilmu kebudayaan,
seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.
Dengan
demikian keseluruhan materi
pokok pendidikan Islam meliputi :
a.
Ilmu tauhid d. Al Qur'an
b.
Al Hadits e.
Akhlak
c.
Ilmu Fiqh f.
Sejarah Islam
8)
Metode Pendidikan Islam
Metode
adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada prinsipnya
Metode mengajar agama sama dengan Metode mengajar ilmu pengetahuan di samping
diakui adanya ciri-ciri khusus tersendiri.37
Adapun
macam-macam Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam
adalah sebagai berikut :
a.
Metode Ceramah
Metode
ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian
pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan
penuturan secara lisan.
b.
Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan
dan murid menjawab.
c.
Metode diskusi.
Metode
diskusi ialah suatu metode dalam mempelajari bahan dengan jalan
mendiskusikannya sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku murid.
d.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen.
Metode
demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain
yang sengaja diminta atau murid sendiri tentang suatu proses.
e.
Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
Metode
resitasi ialah metode dimana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran.
f.
Metode Kerja Kelompok
Metode
kerja kelompok ialah kelompok kerja anak-anak yang bersifat pedagogis yang
didalamnya terdapat hubungan timbal balik atau kerjasama antara individu serta
saling percaya mempercayai.
g.
Metode Sosio Drama
Metode
Sosio drama ialah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan
cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
h.
Metode Karya Wisata.
Metode
Karya Wisata ialah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan
mengajak anak-anak keluar kelas untuk memperlihatkan hal-hal peristiwa yang ada
hubungannya dengan bahan pelajaran
i.
Metode Drill atau Latihan Siap
Metode
drill ialah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih
anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.38
H.
Sistematika Pembahasan
Bab I
|
Pendahuluan yang mencakup tentang
Penegasan Istilah, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Alasan
Pemilihan Judul, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Pembahasan.
|
Bab II
|
Tentang Gambaran Umum SMP Terbuka Sewon
Bantul yang meliputi Letak Geografis, Sejarah Singkat Berdirinya, Struktur
Organisasi beserta tugas-tugasnya, Keadaan guru, Siswa, Karyawan, serta
keadaan sarana dan prasarana.
|
Bab III
|
Berisi tentang pelaksanaan pengajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka yang meliputi Dasar Pendidikan Agama
Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam,
Materi Pendidikan Agama Islam, dan
Pelaksanaan Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
|
Bab IV
|
Merupakan bab
yang berisi tentang
strategi pengajaran Pendidikan Agama Islam,
yang meliputi metode,
pendekatan dan media yang
digunakan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, serta
evaluasi pendidikan agama Islam, hasil yang dicapai, faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Terbuka
Sewon Bantul Yogyakarta.
|
Bab V
|
Merupakan bab yang berisi tentang
kesimpulan, saran dan kata penutup.
|
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Muhammad, Hadist Tarbiyah I,
Surabaya, Al-lkhlas, 1995.
Abu Tauhid, Beberapa Aspek Pendidikan
Islam, Yogyakarta, Fak. Tarbiyah
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, Bandung Remaja Rosdakarva, 1997.
Ahmad Syafii Maarif, dkk, Pendidikan
Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, Yogyakarta, 1991.
Aliyah Hasan Sulaiman, Sistem
Pendidikan Versi Al Ghozali, Bandung, Al Maarif. 1986.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik
Pendidikan, Jakarta, Rajawali Press 1996. Depag Rl, Al Qur'an dan
Terjemahnya, Semarang, Toha Putra, 1989.
Depdikbud, Modul SMP Terbuka, 1996.
Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar
GBPP SLTP Mata Pelajaran Agama Islam, Jakarta, 1987.
Hasan
Langgulung, Beberapa Pemikiran
Tentang Pendidikan Islam,
Bandung, Al-Maarif, 1980.
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,
Jakarta, Rineka Cipta, 1997.
Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 1998.
Koentjaraningrat, Metode-metode
Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1989.
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung, Algesindo, 1996.
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan
dan Pengajaran, Jakarta, Nidakarya, 1978.
Nur Uhbiyati, llmu Pendidikan Islam,
Bandung, Pustaka Setia, 1998.
Sardinian, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali Press, 1987.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,
Yasbit. Fak. Psikolgi Yogyakarta, 1987.
Sutrisno Hadi, Metodologi Researh I, Yogyakarta, Yasbit.
Fak. Psikologi UGM, 1989.
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1997.
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1985.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta, Bumi Aksara, 1992.
Zuhairini dkk, Metodik Khusus
Pendidikan Agama Islam, Surabaya, Usaha Nasional, 1983.
1 Syaiful Bahri Djamarh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 5
2 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hlm. 22
3 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1992), hlm. 86
4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1999), hlm. 51
5 Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo, Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 11
6 Ibid, hlm. 14
7 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka
Setia, 1998), hlm. 30
8 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yasbit : Fak. Psikologi
UGM, Yogyakarta, 1987), hlm. 75
9 Ibid, hlm. 75
10 Ibid, hlm. 75
11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta : Yayasan
Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1989) hlm. 75
12 Prof. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,
(Jakarta : Rajawali Press, 1996), hlm. 27
13 Anas Sudijono, Op. Cit, hlm. 41
14 Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm.36
15 Ibid, hlm. 36
16 Prof. H. M. Arifin, Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :
Bumi Aksara, 1994), hlm. 58
17 Ibid, hlm. 58
18 Dr. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 7
19 Ibid
20 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta, Rineka Cipta, 1997), hlm. 86
21 Ibid, hlm. 84
22 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar¸(Bandung :
Algesindo, 1996), hlm. 3
23 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta,
Rineka Cipta, 1997), hlm. 24
24 Abu Tauhid, Beberapa Aspek Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta : Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga), hlm. 11
25 Ibid, hlm. 22
26 Ibid, hlm. 12
27 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang :
Toha Putra, 1989), hlm. 1879
28 Ibid, hlm. 747
29 Abu Bakar Muhammad, Hadist Tarbiyah, (Surabaya : AL-Ikhlas, 1995), hlm. 223
30 Ibid, hlm. 226
31 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1992), hlm. 29
32 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran,
(Jakarta : Nidakarya, 1978), hlm 10
33 Aliyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi AL-Ghozali,
(Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1986), hlm. 2
34 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang :
Toha Putra, 1989), hlm.49
35 A.
Syafi’I Maarif, dkk, Pendidikan Islam
di Indonesia antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta : 1991), hlm. 99
36 Zuharini, dkk, Metodik
Khusus Agama Islam, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hlm. 60
37 Zuharini, Ibid, hlm. 81
38 Ibid, hlm. 81 - 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar